Heboh Lintang Kemukus Bersinar Terang di Langit Foto-fotonya Dibagikan Netizen
Heboh lintang kemukus bersinar terang di langit sehingga keberadaannya terlihat jelas di sejumlah daerah.
Netizen pun mengunggah dan membagikan foto-foto lintang kemukus atau meteor ini di media sosial.
Sebelumnya disampaikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), hujan meteor Draconid akan aktif di langit Indonesia pada 6-10 Oktober 2020.
Periode puncaknya adalah pada Kamis (8/10/2020) malam sejak pukul 18.15 hingga 21.30 WIB.
Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lapan, Emanuel Sungging mengatakan bahwa Draconid sebetulnya bukan hujan meteor yang besar.
Hujan meteor ini dinamai Draconid berdasarkan titik radian atau titik asal munculnya hujan meteor yang terletak di kontelasi Draco.
"Arahnya agak ke utara, secara sederhananya dapat dikatakan berasal dari arah rasi Draco," jelas Emanuel kepada Kompas.com, Kamis (8/10/2020).
Adapun intensitas hujan meteor yang terjadi per jamnya akan berbeda yaitu mulai dari 4 meteor untuk wilayah Kupang hingga 6 meteor per jam untuk wilayah Banda Aceh.
Hal ini tentu juga tergantung dengan cuaca di sekitar tempat Anda mengamatinya.
Kemungkinan paling besar bisa menyaksikan hujan meteor ini jika wilayah Anda sedang bercuaca cerah dan bebas polusi cahaya.
Sehingga kemungkinan besar jika Anda mengamati fenomena hujan meteor ini di area perkotaan hanya akan menyaksikan antara 1-2 meteor per jam saja.
Meteorit
Sementara itu, meteorit adalah batuan sisa dari terbakarnya komet atau asteroid yang memasuki atmosfer Bumi.
Lapisan atmosfer inilah yang melindungi planet yang kita tinggali dari benda-benda langit yang berpotensi jatuh ke Bumi.
Tak dipungkiri bahwa gravitasi atau daya tarik medan magnet Bumi yang sangat kuat memungkinkan menarik benda langit apapun untuk jatuh.
Saat memasuki lapisan Bumi, benda-benda ini akan terbakar, ada yang tidak bersisa, namun ada juga yang bertahan.
Lantas, seberapa sering meteorit jatuh dan menghantam Bumi?
Meskipun tumbukan besar jarang terjadi, ribuan potongan kecil batuan luar angkasa, yang disebut meteorit, menghantam Bumi setiap tahun.
Dilansir dari Space, Jumat (10/10/2020), sebagian besar dari peristiwa ini tidak dapat diprediksi dan tidak diketahui.
"Karena mereka mendarat di hutan tak berpenghuni yang luas atau di perairan terbuka seperti lautan," kata Bill Cooke dan Althea Moorhead dari Kantor Lingkungan Meteoroid NASA.
Untuk diketahui, meteorit berasal dari meteorid yakni sisa-sisa batuan dari komet atau asteroid yang bergerak di luar angkasa.
Saat benda-benda ini memasuki atmosfer Bumi, maka mereka disebut dengan meteor.
"Sebagian besar (antara 90 dan 95 persen) meteor ini benar-benar terbakar di atmosfer, menghasilkan garis terang yang bisa dilihat di langit malam," kata Moorhead.
Namun, ketika meteor tidak terbakar habis dan kemudian terjun dengan kecepatan tinggi menuju Bumi dan jatuh ke tanah, mereka disebut meteorit.
Dampak meteorit jatuh Meteor jatuh adalah bencana tak terduga.
Kebanyakan meteorit yang ditemukan di tanah memiliki berat kurang dari satu kilogram biasanya hanya sekitar 0,45 kg.
Kendati tampaknya potongan-potongan kecil batu ini tidak akan menimbulkan banyak kerusakan, namun meteorit yang bergerak dengan kecepatan 322 km per jam dapat jatuh menimpa atap rumah atau menghancurkan kaca depan mobil.
Peristiwa meteorit jatuh dan menimpa rumah atau benda-benda di Bumi juga banyak dilaporkan.
Namun, menurut Cooke, pecahan batu yang jatuh dari langit bahkan bukan masalah terbesar terkait dampak meteor.
"Yang menyebabkan kerusakan paling besar adalah gelombang kejut yang dihasilkan meteor saat pecah di atmosfer (bumi)," kata Cooke.
Secara umum, para astronom tidak dapat memprediksi dampak meteorit, terutama karena meteoroid yang bergerak di luar angkasa terlalu kecil untuk dideteksi.
Namun, peristiwa meteorit besar yang berasal dari asteroid, yang dapat dilacak di luar angkasa, tidak dapat diprediksi.
"Untungnya, antara 90 dan 95 persen meteor tidak selamat dari kejatuhan melalui atmosfer bumi untuk menghasilkan meteorit," jelas Moorhead.
Hal ini karena sebagian besar meteorit diyakini berasal dari komet, yang lebih rapuh daripada asteroid.
Moorhead menambahkan hanya meteoroid yang kebetulan terbuat dari material yang lebih kuat yang menghasilkan meteorit.
"Selain itu, jika meteor yang mendekati Bumi dengan kecepatan lebih lambat, batu tersebut kemungkinan akan selamat dari tabrakannya dengan atmosfer Bumi," jelas Moorhead.
Dengan kata lain, meteor jatuh tidak akan terbakar seluruhnya, dan beberapa sisa meteorit akan jatuh ke tanah. (*)
0 Response to "Heboh Lintang Kemukus Bersinar Terang di Langit Foto-fotonya Dibagikan Netizen"
Post a Comment