Seorang Perawat Dipecat karena Anggap Covid-19 Hanya Hoax: Saya Tak Melihat Ada Bukti Virus Corona
Seorang perawat di sebuah rumah perawatan terpaksa dipecat karena tak percaya akan adanya virus corona.
Dia mengklaim tidak ada bukti virus corona, meski satu juta orang telah meninggal karena virus tersebut.
Kendati sudah dipecat, Carley Lousie Stewart (31) tetap kukuh jika Covid-19 hanya hoax semata, seperti diberitakan The Sun, Rabu (30/9/2020).
Sebelumnya, ia ikut turun ke jalan bersama ribuan pengunjuk rasa di London, akhir pekan lalu.
Demonstrasi itu dipicu oleh konspirasi tentang Covid-19 dan tindakan lockdown yang dilakukan pemerintah.
Ibu dua anak dari Preston itu mengatakan kepada Daily Mail, dia yakin bahwa penguncian lebih merugikan publik daripada virus yang telah menewaskan 40.000 orang Inggris sejak pertengahan Maret.
Ketika bosnya mengetahui tentang partisipasinya dalam reli Trafalgar Square, Carley diberhentikan melalui email
Ketika bosnya mengetahui tentang partisipasinya dalam reli Trafalgar Square, Carley diberhentikan melalui email (The Sun, Kredit: Carley Louise Stewart)
"Pada awal pandemi, saya khawatir tetapi seiring berjalannya waktu, saya sama sekali tidak melihat bukti virus pembunuh, apalagi pandemi."
"Saya tidak tahan ketidakjujuran dalam bentuk apa pun, dan saya bisa melihat ketidakjujuran dalam skala besar selama apa yang disebut pandemi ini."
Dia mengklaim bahwa rumah perawatannya tidak menderita kematian akibat virus korona antara Januari dan Agustus.
Carley kemudian memutuskan untuk berpartisipasi dalam pawai Save our Rights UK.
Demo itu dipimpin oleh saudara aktivis Jeremy Corbyn Piers dan juru kampanye politik Louise May Creffield.
Unjuk rasa yang diadakan pada hari Sabtu di Trafalgar Square itu, menarik massa dari seluruh spektrum politik.
Akhirnya agenda tersebut terpaksa ditutup oleh polisi.
Carley mengklaim dia membujuk perawat lain untuk menemaninya demo.
Ketika atasannya mengetahui tentang kehadiran Carley dalam demo itu, dia diberhentikan melalui email.
Ia juga diberitahu bahwa mengenakan seragam saat unjuk rasa telah melanggar kebijakan perusahaan.
Berita Serupa: Sempat Tak Percaya Corona, Mahasiswa Ini Justru Terkena Covid-19 Jelang Sidang Skripsi
Achmad Bachtiar, mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia saat melakukan sidang skripsi secara online. Achmad terkena virus corona menjelang sidang akhirnya.
Bukti virus corona dapat menyerang siapa saja, memang nyata adanya.
Bahkan virus tersebut juga bisa menyerang kepada seseorang yang kurang percaya keberadaannya.
Achmad Bachtiar, alumni dari Universitas Al Azhar Indonesia ini positif terkena virus corona pada akhir Juli 2020.
Achmad, sapannya, mengaku sempat tidak mempercayai adanya virus corona, lantaran tidak pernah melihat bukti nyata di lingkungannya.
Bahkan, disaat tingginya angka penambahan kasus corona, Achmad masih juga kurang percaya.
"Saya enggak pernah liat bukti konkret di lingkungan saya, semua teman-teman saya juga terlihat masih aman-aman saja."
"Jadi, percaya nggak percaya sama virus corona karena ngga liat langsung, eh tau-taunya ngerasain sendiri," tutur Achmad kepada Tribunnews, Rabu (9/9/2020).
Adapun lelaki berusia 21 tahun ini terkena Covid-19 dari klaster keluarga.
Ia tertular dari kakak kandungnya, yang bekerja dari kantor di kawasan Jakarta Barat.
"Kakak saya ini termasuk yang OTG, berhubung saya kontak langsung dengan kakak saya, jadi kita berdua isolasi mandiri di rumah," terangnya.
Achmad menceritakan, terhitung total dirinya dan sang kakak melakukan pemulihan, sekitar tiga minggu lamanya.
"Kita fokus perbanyak minum vitamin dan minuman rempah seperti jamu dan VCO."
"Terus tidur cukup dan makan teratur serta berjemur setiap pagi sampai gejala itu hilang dan kita sudah merasa sehat seperti biasa," ungkapnya.
Hingga akhirnya pada 19 Agustus lalu, Achmad dan kakaknya telah benar-benar pulih dari Covid-19.
"Bisa dibilang untuk pemulihannya sekitar tiga mingguan dan kita melakukan isolasi mandiri selama satu bulan," ujarnya.
Terkena Corona menjelang Sidang Skripsi
Lelaki yang tinggal di Depok, Jawa Barat ini menceritakan, saat dirinya tengah berjuang melawan virus, ia juga berjuang untuk lulus dari sidang skripsinya.
Kondisi perjuangan 'ganda' ini membuat Achmad sempat mengalami tekanan yang cukup berat.
Kala itu, dalam rentang waktu satu minggu mulai 30 Juli hingga 6 Agustus, Achmad dikejar untuk menyelesaikan penulisan skripsi.
Namun, ia juga harus bolak-balik menjalani tes swab PCR.
"Jadi dalam minggu itu saya benar-benar stres banget, istirahat kurang, makan juga jadi seadanya."
"Kurang fokus untuk makan vitamin, jadi lebih fokus untuk menyelesaikan penulisan untuk sidangnya," ujar Achmad.
Bahkan saat menjalani sidang skripsi pada 6 Agustus lalu, Achmad tidak menceritakan kondisinya yang tengah terpapar virus kepada para dosen.
"Saat itu yang tau kondisi saya hanya teman-teman seperjuangan sidang skripsi."
"Dosen-dosen pembimbing dan penguji enggak ada yang tau dengan kondisi saya, jadi berjalan seolah baik-baik saja padahal sebenarnya tidak," ujar Achmad.
Kendati sempat mengalami tekanan berat, namun akhirnya Achmad berhasil menuntaskan sidang skripsi hingga dinyatakan lulus dari kampusnya.
0 Response to "Seorang Perawat Dipecat karena Anggap Covid-19 Hanya Hoax: Saya Tak Melihat Ada Bukti Virus Corona"
Post a Comment