-->

Kisah Sri Astati Nur Sani, Berjualan Tisu dan Keripik Biayai Anaknya yang Menderita Penyakit Langka



Ungkapan 'kasih ibu sepanjang masa' rasanya pantas disematkan kepada Sri Astati Nur Sani (34).

Bagaimana tidak, perempuan asal Kelurahan Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, ini rela berjuang mencari nafkah demi membiayai pengobatan anaknya, M Fahri Assidiq (13), yang menderita penyakit langka bernama osteogenesis imperfecta sejak berumur empat tahun.

Penyakit langka tersebut bisa membuat tulang-tulang mudah patah.

Setiap hari, Sri Astati Nur Sani berjualan tisu dan keripik di halaman Masjid Istiqamah, Jalan Citarum, Kota Bandung.

Saat ditemui Tribun Jabar, Kamis (8/11/2018), perempuan berkerudung itu nampak sedang melayani sejumlah pembeli yang datang kepadanya.

Senyum langsung tersimpul di wajahnya setiap kali ada pembeli yang menghampirinya.

Dari barang dagangannya yang disimpan di atas kardus dan keranjang, Sri Astati Nur Sani nampak membawa beberapa bungkus keripik.

Keripik itu pun langsung diberikan kepada pembeli yang terlihat mengambil uang dari dalam dompetnya.

Alih-alih memberi uang pas, pembeli itu nampak memberikan uang lebih untuk membantu biaya pengobatan Fahri.

Sri Astati Nur Sani langsung kaget dan langsung menyodorkan kembali uang berlebih itu.

Namun, pembeli itu langsung beranjak pergi membawa beberapa keripik yang sudah dibungkus sembari berkata, "buat Fahri saja bu uangnya."

Tentu saja, ucapan terima kasih tak henti-hentinya dilontarkan oleh Sri.

Matanya nampak berkaca-kaca, di raut wajahnya langsung terlihat kembali senyum tersimpul.

Rasa syukur juga tak lupa diungkapkannya dengan mengucapkan kalimat Hamdallah.

Saat itu memang waktu salat zuhur telah selesai dilaksanakan, karenanya, Masjid Istiqamah nampak ramai oleh jemaah.

Tak hanya satu atau dua orang saja, dalam hitungan satu jam, ada hampir sepuluh pembeli menghampiri Sri.

Barang dagangan milik Sri memang disimpan persis di bawah tangga naik-masuk.

Saat sedang sepi pembeli, Sri pun bercerita, dia sudah berjualan sejak Fahri menderita osteogenesis imperfecta.

Ketika itu, Sri harus mencari nafkah untuk makan dan pengobatan anaknya lantaran suaminya telah menceraikannya sekitar tahun itu pula.

"Dari dulu sudah berjualan. Sempat jualan keresek di Alun-alun Bandung, pindah jualan tisu di BIP, sampai akhirnya jualan keripik di sini sejak 2015," katanya, Kamis (8/11/2018).

Sri mengatakan, dalam sekali berobat ke rumah sakit, biaya pengobatan Fahri mencapai Rp 1-3 juta.

Jika dulu berobat sekali dalam tiga bulan, sejak bulan ini Fahri harus berobat sekali dalam tiga pekan saja.

Hal itu dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter di rumah sakit tempat Fahri berobat.

"Jadi dalam sehari jualan saya harus dapat Rp 100 ribu bersih disisihkan untuk biaya pengobatan saja. Kalau biaya makan sehari-hari pasti terpenuhi," kata Sri.

Kendati demikian, Sri mengaku dalam sehari-hari, jika banyak pembeli bisa memperoleh Rp 200 ribu.

Selain itu, dia juga bersyukur lantaran ada sejumlah pihak yang berdonasi kepadanya secara langsung datang.

Jadi, kata dia, dia bisa bernafas lega selama beberapa bulan ke depan lantaran biaya pengobatan Fahri diperoleh dari hasil donasi.

"Fahri itu harus berobat sampai usianya 17 tahun, jadi masih ada tiga tahun lagi," katanya.

Sri mengaku masih terus bersemangat berjualan.

Sesekali, dia juga ditemani oleh keponakannya, sementara Fahri berada di rumahnya bersama dengan saudara-saudaranya.

Setiap hari, sekitar pukul 08.00 WIB, Sri sudah tiba di masjid itu sembari membawa sejumlah barang dagangannya dengan bantuan jasa ojek online.

Barang-barang dagangannya berupa keripik, tisu, dan makanan ringan lainnya diperolehnya dari toko grosir, dari titipan, hingga dari memasak sendiri di rumahnya.

Di sana, dia akan berjualan hingga sore hari.


SUMBER

Related Posts

0 Response to "Kisah Sri Astati Nur Sani, Berjualan Tisu dan Keripik Biayai Anaknya yang Menderita Penyakit Langka"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel js

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel