-->

Kisah WNI Jadi Tukang Pijat di Madinah, Punya 4 Istri Tinggal Satu Atap

 


Bekerja di luar negeri menjadi pilihan banyak warga Indonesia untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Salah satu negara tujuan yang banyak diincar para tenaga kerja Indonesia adalah Arab Saudi.


Salah satu TKI yang bekerja di Arab Saudi adalah Abun Kreator. Dia sukses menjadi tukang pijat refleksi di Madinah. Pria yang sudah tujuh tahun menjadi TKI itu bahkan mengaku memiliki empat istri yang tinggal bersama dalam satu rumah.


Kisah sukses Abun menjadi tukang pijat di Madinah itu ia bagikan dalam kanal Youtube Fenny Listiana. Mereka berbagi informasi mengenai tinggal di Madinah.


Apartemen yang disewa Abun Kreator cukup besar dan berada di lantai lima, bahkan setiap ruangan terbilang luas dan memiliki lebih dari satu pendingin udara.


Abun bahkan memperlihatkan kamar istri ke empatnya yang dilengkapi lemari tas, rak khusus sepatu, lemari pendingin, tv, dan tempat tidur yang cukup besar.


Dari jendela di ruang tamu, terlihat pemandangan gedung-gedung yang berjajar. Menariknya, di bali gedung itu ada rumah bersejarah peninggalan cicit Rasulullah SAW yang diabadikan.


” Ini di depan tempat bersejarah juga. Di depan ada rumah cicitnya Nabi Muhammad SAW, kalau jalan kaki sambil ngabuburit sampai sekitar satu menit. Kalau ke Masjid Nabawi sekitar 5 menit naik taksi,” kata Alun.


Sejak pertama kali merantau ke Arab Saudi, Abun sudah bekerja sebagai tukang pijat refleksi. Ia tetap setia pada profesinya meski jadwal yang kerap berubah terutama di bulan Ramadan.


” Saya sudah jadi tukang pijat refleksi selama tujuh tahun, enggak ganti-ganti. Jam kerja biasanya, kalau bulan suci Ramadan setelah Isya mulai, selesai jam 2 malam. Kalau di bulan biasa, mulai setelah asar, selesao juga jam 2 malam,” ungkapnya.


Ditanya soal gaji, Abun mengaku lebih banyak mendapat penghasilan dari tip yang diberikan pasien.


” Kalau gaji sedikit, cukuplah. Biasanya yang besar uang tipnya,” ujar Abun.


Meski begitu, ia merasa senang bekerja sebagai tukang pijat refleksi karena bisa kerja sambil bersantai.


” Kalau suka duka, keluh kesahnya kerja dipijat itu, kalau mau tiduran bebas. Kalau enggak ada pasien, santai-santai saja sama teman. Mau ada pasien atau enggak, tetap digaji. Banyak pasien yang rewel,” ungkapnya.


Setelah tujuh tahun tinggal di Madinah, Abun sudah beberapa kali berpindah rumah kontrakan. Tapi di antara semua tempat tinggal, ini menjadi yang paling murah.


Abun bercerita, setiap bulan ia hanya cukup membayar Rp3 juta sampai Rp 5 juta tergantung musim. Karena biasanya akan semakin mahal saat memasuki musim panas untuk membayar pendingin udara atau AC.


” Untuk sewa rumah sebesar ini di Madinah, ada empat kamar itu 800 riyal (3 jutaan) di luar dari listrik. Cuma ini di lantai 5, kebetulan ini murah,” katanya.

LIHAT SELANJUTNYA

0 Response to "Kisah WNI Jadi Tukang Pijat di Madinah, Punya 4 Istri Tinggal Satu Atap"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel js

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel